Turnamen Nasional
Home > Berita > TURNAMEN NASIONAL > Smash 100 Watt di Kejuaraan Dunia
03 Agustus 2013
Smash 100 Watt di Kejuaraan Dunia
 
 

Kisah sejarah bulutangkis di ajang kejuaraan dunia tidak bisa terlepas dari sosok yang satu ini. Penampilannya yang atraktif, semangat bertandingnya luar biasa, dan yang paling mencolok di antara pemain lainnya adalah smash lompatnya yang menggelegar. Publik bulutangkis menjuluki Hariyanto Arbi sebagai si pemilik Smash 100 watt.

Kehadiran Hariyanto Arbi di ajang Kejuaraan Dunia yang dulu di selenggarakan setiap dua tahun sekali mulai menarik perhatian bulutangkis dunia di tahun 1993. Sayang kiprahnya di kejuaraan dunia untuk pertama kalinya di hentikan oleh pemain Swedia Jens Olson. Arbi yang kala itu menduduki unggulan pertama kalah rubber game di babak 32 besar.

Arbi muda menyimpan hasrat besar untuk merebut gelar juara dunia. Dua tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 1995, Hariyanto Arbi datang ke Lausanne, Swiss. Ia tidak sendiri, melainkan datang dengan rombongan Piala Sudirman. Masa itu, memang kejuaraan dunia di selenggarakan bertepatan sesudah perhelatan Piala Sudirman. Butuh kesiapan fisik yang prima untuk menghadapi dua kejuaraan sekaligus. Namun ia sama sekali tidak terganggu.

“Tidak, kami terbiasa tampil di dua kejuaaraan sekaligus. Jadi konsentrasi kami tidak akan terganggu. Main berapa kali bagi saya tidak menjadi masalah. Sudah biasa kok,”
ujarnya seperti  yang di kutip dari buku biografi miliknya.

Hariyanto Arbi mengawali pertandingan dengan mantap. Mendapat bye di babak pertama, Hari, panggilan akrabnya, melalui babak kedua dengan mengalahkan pemain Brazil Euclidas Feritas dalam dua game saja, 15-2, 15-3. Di babak ketiga, Jyri Aalto dari Finlandia tak berkutik dalam dua game. Hari menang dengan 15-10, 15-5. Kembali dalam dua game, pemain Rusia, Vladimir Tichomirov di hentikan dengan 15-8, 15-7 di babak ke empat.

Penampilan Hari semakin hari semakin membaik. Kekalahannya saat menghadapi Sun Jun dari China pada kejuaraan Piala Sudirman sebelumnya sudah bisa ia lupakan. Di babak perdelapan final, Lee Kwang Jin dari Korea Selatan pun ia sikat dalam dua game 15-12, 15-12. Tak pelak lagi, tiket perempat final langsung berada dalam genggamannya. Dan satu tempat semifinal berhasil di amankan karena lawan yang akan di hadapinya adalah rekannya sendiri Joko Supriyanto yang juga merupakan juara bertahan. Tiket semifinal benar-benar dalam genggamannya. Joko Supriyanto yang juga merupakan seniornya, di tekuknya dalam dua game, 15-8, 15-7.

“Saya juga sebenarnya juga sudah capai. Jadi asal main saja, tapi tanpa beban. Namun setelah menang lawan Lee Kwang Jin, entah mengapa semangat saya bangkit kembali. Padahal sewaktu melawan dia, saya tak berkonsentrasi sama sekali. Rasanya mengantuk sekali,”
lanjutnya.

Pertemuannya dengan Poul Erik Hoyer Larsen di babak semifinal kejuaraan dunia, menjadi ajang balas dendam Hari. Sebelumnya di babak final All England, Hari kalah dua game. Tanpa ampun, Hari membalas kekalahan atas Poul Erik juga dalam dua game, 15-10, 15-7.

“Saya belajar dari kekalahan di All England yang banyak memberikan angka karena salah sendiri. Ketika itu saya terlalu bernafsu untuk mencetak hattrick. Ternyata malah kalah. Sekarang saya tidak mau menyerang terus. Lihat irama. Lagipula serangan saya tidak ke kanan saja, tetapi variasi juga sering ke kiri. Lawan Poul itu saya harus menang dulu di game pertama karena kalau sudah begini di game kedua dia sudah goyah,” ungkapnya berteori.

Dengan hasil ini, Hari berhak masuk babak puncak dan berhadapan dengan andalan Korea Selatan, Park Sung Woo. Hari pun mampu membongkar pemain yang terkenal dengan pertahanannya itu juga dalam dua game 15-11.15-8. Luar biasa, seorang Hariyanto Arbi mampu menjadi juara tanpa kehilangan satu game pun. 

“Saya merasa senang. Untunglah saya bisa menang untuk menebus kekalahan di Piala Sudirman. Kalau tidak, bagaimana pulangnya ? tetapi sebagai juara dunia saya tidak menjadi  yang paling hebat,” paparnya.

Hari memang di kenal sebagai sosok yang tidak tinggi hati. Meski ia telah menyabet gelar juara dunia, ia tetap Hari yang rendah hati. (AR)

Sumber: Biografi Hariyanto Arbi, “Smash 100 Watt”