Hadirnya Tiongkok sebagai kekuatan baru dalam blantika bulutangkis dunia membuat tahta Indonesia terancam. Terbukti pada tahun 1982 Indonesia tersungkur di babak final oleh Tiongkok dengan 4-5. Selang dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1984, pasukan Cipayung membalasnya di babak final dengan skor 3-2.
Mulai tahun 1984, pelaksanaan perebutan Piala Thomas mengubah format pertandingan. Tidak lagi harus bertanding selama dua hari, pelaksanaan perebutan piala lambang supremasi beregu putra dipersingkat hanya satu hari. Jumlah partai yang dimainkan pun turut diperkecil. Dari sembilan partai menjadi lima partai dengan tiga partai tunggal dan dua partai ganda putra. Kuala Lumpur, Malaysia mendapat kehormatan menggelar final piala Thomas dengan format baru. Tahun pelaksanaan juga diubah, dari tiga menjadi dua tahun. Perubahan ini dimulai sejak tahun 1982.
Indonesia bertolak ke Kuala Lumpur membawa Liem Swie King, Hastomo Arbi, Icuk Sugiarto, Hadiyanto di bagian tunggal sementara nama Christian Hadinata, Hadibowo dan Hariamanto Kartono memperkuat barisan ganda
Indonesia tadinya berharap bisa mencuri kemenangan pertama melalui Liem Swie King. Turun pada partai perdana, Liem justru gagal menyuguhkan kemenangan bagi Indonesia. Ia dikalahkan tunggal terbaik Tiongkok Luan Jin dengan 15-7, 11-15, 10-15. Sementara Indonesia tertinggal 0-1 dari Tiongkok.
Hastomo Arbi dipercaya tampil sebagai tunggal kedua dan bertemu dengan Han Jian. Tidak ada yang bisa menduga jika Hastomo tampil sebagai pahlawan bagi tim Indonesia. Pasalnya rekor pertemuan buruk Hastono dari Han Jian terbayang dipelupuk mata. Diperparah lagi dengan kalahnya Hastomo di game pertama dengan 14-17. Namun Hastomo tampil luar biasa. Ia bisa menamatkan permainan tunggal Tiongkok dan menang di dua game tersisa dengan 15-6, 15-8. Kedudukan pun berubah imbang 1-1.
Pada partai ketiga, Icuk Sugiarto tidak bisa lepas dari bayang-bayang kekalahan jika bertemu dengan Yang Yang. Kembali Icuk terjerembab di tangan Yang Yang dengan straight game 9-15, 10-15. Kembali Indonesia tertinggal 1-2.
Indonesia sukses menyamakan kembali kedudukan menjadi 2-2. Christian Hadinata yang berpasangan dengan Hadibowo menundukkan ganda kuat Tiongkok He Shang Quan/Jiang Guoliang dengan skor 18-14, 15-10.
Liem Swie King kembali turun pada partai penentuan dan berpasangan dengan Kartono. Ganda yang belum pernah berlatih bersama ini juga bertanding dengan semangat luar biasa. Mereka mampu mengalahkan Ganda Tiongkok Tian Bing Yi/Sun Zian dengan kedudukan akhir 18-12, 15-12.
Sukses Indonesia di Kuala Lumpur sekaligus membalas kekalahan yang diderita pada final Piala Thomas 1982. (AR)